Minggu, 15 Mei 2011

cerpen : menggembala mas teddy ?


Menggembala Kambing
Oleh : Muin Arifah

Di desa Turisari, ada seorang anak bernama Beni. Beni adalah siswa kelas 6 SD Brangklal 1. Ayahnya telah meninggal. Hanya kambing-kambing yang menjadi peninggalan berharga bagi keluarga Beni. Beni tinggal bersama ibunya di rumah yang sederhana. Meskipunn demikian, Beni tetap bersyukur dan bahagia. Setiap hari Beni dan ibunya bergantian mengggembala kambing. Saat Beni sekolah, ibu yang menggembala kambing. Setelah itu, Beni yang gantian menggembala kambing-kambing itu.
Pada siang hari, Beni pulang sekolah. Dia membuka pakaian, sepatu, dan meletakkan tas punggungnya. Ibunya sedang menyiapkan makan siang. Beni bergegas mencuci tangan. Rupanya, perutnya sudah tidak bisa diajak kompromi lagi. Bau harum sambal goreng semakin merangsang nafsunya untuk segera makan.
“Beni, makanan kesukaanmu sudah ibu siapkan. Ibu mau ke belakang sebentar melihat kambing-kambing.” Kata ibunya.
Letak rumah Beni di dekat rel kereta api. Oleh karena itu, ibu Beni agak khawatir dengan kambing peliharaannya. Kambing-kambing itu sengaja dilepas di belakang rumah untuk mencari makan sendiri.
Selepas tidur siang, Beni menggantikan ibunya mengawasi kambing peliharaan mereka. Beni mengawasi kambing-kambing itu sampai waktunya pulang.
“Bu, biar Beni yang mengawasinya. Ibu pulang saja.” Kata Beni.
“Ya sudah. Kamu jaga baik-baik ya ! ibu mau pulang.” Sahut ibunya.
Matahari mulai condong ke barat. Hari mulai sore. Beni bergegas menggiring kambinnya pulang kandang karena sebentar lagi kereta api akan lewat.
“Ayo kambing kita pulang !” ajak Beni sambil menggiring kambing untuk pulang.
Kambing-kambing menuruti perintah Beni. Mereka berjalan perlahan menuju rumah Beni. Tak lama kemudian, kereta api lewat. Untung saja Beni sudah menggiring kambingnya menyeberangi rel. Sehingga, kambing-kambing tidak lari ketakutan.
Saat berjalan pulang, Beni bertemu temannya, Mail. Ia juga sedang meggiring kambingnya pulang sambil mencari rumput. Mail menggembala kambingnya setiap hari di sawah.
“Hai Mail, hari sudah sore. Ayo kita pulang !” ajak Beni sambil berhenti sebentar.
“Iya. Sedikit lagi biar karungku penuh dulu.” Jawab Mail sambil memperlihatkan isi karung kepada Beni.
“Baik. Aku pulang dulu ya.” Kata Beni.
Beni berpamitan kepada Mail. Tiba di rumah, Beni langsung memasukkan kambing ke dalam kandang. Tak jauh dari kandang, ibu sedang mengumpulkan kayu bakar untuk memasak besok. Sesekali ibu melihat kambing-kambing yang berdesak-desakkan masuk ke kandang.
“Beni, kenapa kambingnya  ada 7 ekor. Bukannya kambing kita hanya ada 6 ekor ?” tanya ibu.
Hah!… ada 7 ekor ?” Beni kebingungan.
“Coba kamu hitung !” perintah ibu.
“Oooo…iya ya bu. Kenapa ada 7 ekor. Lalu itu kambing siapa ?”
Beni berpikir dan mengingat-ingat kejadian sebelumnya. Beni menceritakan perjalanannya dengan kambing dari tempat gembala sampai di rumah. Beni menduga kalau kambing itu adalah milik Mail yang ditemuinya tadi.
 Ibu menyuruh Beni untuk mengembalikan kambing itu kepada Mail. Kasihan kalau nanti Mail kebingungan.  Karena sudah masuk waktu maghrib, Beni dan ibu sholat maghrib dahulu. Setelah itu, Beni akan mengembalikan kambing itu ke rumah Mail.
“Beni, katanya mau mengembalikan kambing ke rumah Mail ? tapi kenapa malah mengemas buku ke dalam tas ?”
“Nanti Beni ingin mengembalikan kambing Mail sambil belajar kelompok, Bu.” Sahut Beni dengan semangat.
“Memangnya ada tugas dari Pak Roni ?” Tanya ibu keheranan.
“Sebenarnya tidak ada Bu. Tetapi bukankah tidak ada salahnya kalu kita belajar sejak awal. Sehingga kalau ada ulangan,  Beni tidak kerepotan belajar.”
“Bagus, itu baru anak ibu.”
Beni segera menuju kandang yang letaknya di rumah bagian belakang. Ibu menyusul membantu Beni mengeluarkan kambing dari kandang. Untung saja kambing jantan Mail jinak sehingga mereka tidak kesulitan mengeluarkannya dari kandang. Sampai di halaman,  Beni berpamitan kepada ibu untuk pergi ke rumah Mail.
“Ibu, Beni berangkat dulu.”
“Ingat ! jangan pulang terlalu larut malam.”
“ya , Bu.”
Beni berangkat menuju  rumah Mail yang letaknya tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya berjalan sekitar 5 menit, Beni sudah sampai di rumah Mail. Diikatnya kambing itu di pohon mangga. Beni mengetuk pintu sambil mengucapkan salam. Tidak terdengar jawaban salam Beni. Lalu Beni melihat di sisi kanan rumah. Ternyata Mail di sana. Ia tampak kebingungan.
“Hai Mail ! Ada apa malam-malam mondar-mandir di samping rumah ?” Tanya Beni penasaran.
“Eh Beni, tumben malam-malam datang. Aku sekarang sedang bingung. Sejak sore kambingku hilang. Padahal, ketika aku menggiring kambing di dekat rel saat bertemu kamu tadi  masih ada.  Aku sudah berusaha mencari kambing, menelusuri jalan saat menggiring kambing. Tapi, kambing tidak juga ditemukan. Memang aku hanya mencari kambing sebentar Karena matahari sudah terbenam. Maka dari itu, aku melanjutkan mencari sekarang”
“Oooo….itu ya. Tadi sore kambingmu ternyata ikut dengan rombongan kambingku. Aku juga tidak tahu sebelumnya. Ketika aku memasukkan kambing ke kandang, ibuku melihat-lihat kambing di kandang. Ternyata ada 7 ekor. Lalu aku menduga kalau itu adalah kambingmu.
“Yang bener Ben ?”
“Iya. Itu  kambingnya. Aku ikat di pohon  mangga.” Jelas Beni sambil menunjuk pohon mangga tempat kambing itu diikat.
“Alhamdulillah, aku kira kambingku  hilang entah ke mana. Terima kasihBeni.”
Tanpa berpikir panjang, Mail segera menuju ke halaman melihat kambing yang diikat di pohon mangga. Mail merasa bahagia. Kambing kesayangnannya telah kembali. Berulang kali Mail mengucapkan terima kasih kepada Beni. Mail segera memasukkan kambingnya ke kandang.
 “Mail, setelah kamu memasukkan kambing ke kandang, nanti kita belajar kelompok. Aku sudah membawa buku-buku pelajaran besok pagi.” Pinta Beni.
“sipp Beni. Tunggu sebentar ya. Silahkan duduk.” Ucap Mail.
Sambil menunggu Mail datang, Beni membaca buku pelajaran. Tak lama kemudian, Mail datang dengan membawa bukunya. Mail sudah siap belajar. Mereka terlihat serius dalam belajar. Waktu menunjukkan pukul 09.00, tak terasa sudah lama mereka belajar. Beni berpamitan kepada Mail karena ibunya berpesan agar tidak pulang larut malam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar